FORMULASI PENILAIAN PERKEMBANGAN PRODI


v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}

Normal
0
false

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

FORMULASI PENILAIAN PERKEMBANGAN PRODI

Adrian

 

A.    Sekilas Perkembangan Sistem Informasi

Sejak dahulu manusia telah melakukan proses pengolahan data. Manusia juga menemukan alat-alat mekanik dan elektronik (mechanical and electronic) untuk membantu manusia dalam penghitungan dan pengolahan data supaya bisa mendapatkan hasil lebih cepat. Komputer yang kita temui saat ini adalah suatu evolusi panjang dari penemuan-penemuan manusia sejak dahulu kala berupa alat mekanik (mechanical) maupun elektronik (electronic). Sejarah Komputer menurut periodenya adalah: 1) Alat Hitung Tradisional dan Kalkulator Mekanik, 2) Komputer Generasi Pertama, 3) Komputer Generasi Kedua, 4) Komputer Generasi Ketiga, 5)Komputer Generasi Keempat, 6)  Komputer Generasi Kelima.

Banyak kemajuan di bidang disain komputer dan teknologi semakin memungkinkan pembuatan komputer generasi kelima. Dua kemajuan rekayasa yang terutama adalah kemampuan pemrosesan paralel, yang akan menggantikan model von Neumann. Model von Neumann akan digantikan dengan sistem yang mampu mengkoordinasikan banyak CPU untuk bekerja secara serempak. Kemajuan lain adalah teknologi superkonduktor yang memungkinkan aliran elektrik tanpa ada hambatan apapun, yang nantinya dapat mempercepat kecepatan informasi. Salah satu kelompok masyarakat yang merasakan makin pentingnya informasi dalam menjalankan tugas dan aktivitasnya adalah kalangan pimpinan dalam berbagai jenis institusi. Dalam pelaksanaan berbagai tugas dan aktivitasnya para pimpinan dari berbagai intitusi  seringkali dihadapkan dengan berbagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Sering kemampuan suatu teknik atau metode untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata tidak optimal. Sementara itu pengambilan keputusan adalah sejenis keputusan tidak terstruktur, dan melibatkan informasi kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan keputusan ini seringkali hanya menggunakan satu metode atau teknik saja biasanya akan menghasilkan keputusan yang kurang akurat. Kombinasi dua atau lebih teknik yang bertujuan menggabungkan kekuatan masing-masing dan meminimalkan kekurangannya, dapat menjadi alternatif solusi untuk mengoptimalkan hasil keputusan yang akan diambil.

Management Information System atau MIS merupakan generasi kedua dari pengembangan Database Systems (Noeng Muhadjir, 2007:1). Konsep Sistem Informasi Manajemen (SIM) atau Management Information System (MIS) sudah umum didengar bahkan dijabarkan dalam aktifitas operasional di berbagai instansi. Sistem informasi sebagai suatu sistem yang merupakan elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu mempunyai beberapa komponen yang saling terkait dan membentuk jalinan kerja yang sinergi untuk mencapai sasaran. Sistem informasi yang terdiri dari komponen-komponen dengan istilah blok bangunan atau komponen bangunan terdiri dari : (1) komponen masukan, (2) komponen model, (3) komponen keluaran, (4) komponen teknologi, (5) komponen data dasar, (6) komponen kendali, dan (7) komponen pemakai. Sebagai suatu sistem, ketujuh komponen tersebut masing-masing berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk suatu kesatuan untuk mencapai sasaran (Jogiyanto, 1993:12), kebutuhan akan informasi dalam berbagai jenis organisasi bukanlah hal yang baru, sebab sejak dahulu hingga sekarang penanganan suatu sistem informasi dilakukan melalui tahapan yang sama.

Menurut Siagian (2001: 2) tahapan penanganan suatu sistem informasi dilakukan dalam tujuh tahap, yaitu: (a) pengumpulan data, (b) klasifikasi data, (c) pengolahan data supaya berubah bentuk, sifat dan kegunaannya menjadi informasi, (d) interpretasi informasi, (e) penyimpanan informasi, (f) penyampaian informasi atau transmisi kepada pengguna, dan (g) penggunaan informasi untuk kepentingan manajemen organisasi. Hal yang mengalami pembaharuan adalah proses penanganannya dengan memanfaatkan perkembangan dan terobosan teknologi, terutama dengan menggunakan komputer dan sarana lain yang bermuatan teknologi tinggi. Dalam masyarakat yang hidup sebelum era informasi, penanganan informasi dilakukan secara manual atau secara mekanik dengan menggunakan mesin-mesin yang bukan komputer. Bahkan dalam era informasi sekarang ini pun tidak sedikit organisasi yang masih menggunakan cara manual atau mekanik dalam pengolahan sistem informasinya. Akan tetapi karena komputer dan perangkat lunak yang terdapat dipasaran relatif murah dan memiliki kemampuan yang scmakin besar, sehingga semakin banyak pula organisasi yang melakukan komputerisasi.

B.     Pemanfaatan SI di Perguruan Tinggi

Berbagai perguruan tinggi baik Negeri maupun Swasta saat ini berlomba-lomba saling bergiat dalam pengembangan teknologi informasi ini khususnya yang berbasis SIM. Namun pada kenyataannya saat ini masih banyak terdapat kebutuhan lain yang belum dapat ditampung dalam konsep itu (SIM) sehingga kemudian diupayakan lewat konsepsi lain yang lebih maju. Mengapa hal ini terjadi, tidak lain dikarenakan pada konsep SIM data atau informasi yang ada hanya sebatas dilakukan pengelompokan dan pengklasifikasian untuk dikemudian hari dapat ditampilkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan dalam suatu proses pengambilan keputusan. Namun hal ini hanya sebatas informasi berupa kumpulan data-data yang tersusun / terklasifikasi dengan teratur, tidak memberikan suatu tawaran atau pertimbangan terhadap suatu proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh seorang decision maker.  Sejak itu kemudian muncul beberapa konsep sistem informasi seperti Decision Support System (DSS), Virtual Office  (VO), Knowledge-Based System (KBS), dan lain-lain.

Perguruan Tinggi adalah salah satu dari lembaga yang juga memanfaatkan perkembangan dari Sistem Informasi Manajemen tersebut, di mana Perguruan Tinggi selalu melakukan pengembangan secara terus-menerus termasuk pengembangan dalam bidang teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi tersebut perlu dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi dalam rangka meningkatkan mutu layanan kepada masyarakat dan menghadapi persaingan global yang semakin berat sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat. Untuk memberikan layanan informasi yang cepat, tepat, dan efisien, maka diperlukan suatu sistem informasi yang baik dan berkualitas, yaitu : sistem informasi yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan mampu memberikan layanan yang efektif serta efisien kepada para penggunanya.

Dengan sistem informasi yang berkualitas diharapkan Perguruan Tinggi dapat berkembang seiring dengan perkembangan jaman khususnya perkembangan dalam bidang teknologi informasi, Pada saat ini dukungan serta komitmen pimpinan Perguruan Tinggi terhadap pengembangan sistem informasi manajemen berbasis komputer begitu kuatnya, hal ini ditandai dengan munculnya dukungan dana yang cukup besar, pembentukan tim-tim pengembang, serta upaya-upaya lain dalam rangka untuk mewujudkan suatu sistem informasi manajemen berbasis komputer yang baik di lingkungan Perguruan Tinggi. Beberapa hal tersubut  menjadi modal untuk pengembangan DSS di Perguruan Tinggi. DSS itu sendiri merupakan generasi ke tiga dari pengembangan database system (Noeng Muhadjir, 2007:1).  Oleh karena itulah penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan konsepsi DSS, posisinya di rantai evolusi Sistem Informasi Berbasis Komputer, perbedaannya dengan konsep terdahulu dan yang akan muncul nanti, tujuan dikembangkannya konsep ini, bagaimana cara mengaplikasikannya, serta implementasi DSS dengan produk yang akan dikembangkan dalam suatu rencana pengembangan sebuah perguruan.

Sementara itu tingkat kebutuhan saat ini sendiri bukan hanya sebatas SIM, tetapi lebih dari itu adalah pengembangan DSS bagi perangkat pimpinan perguruan tinggi dalam rangka optimalisasi sistem informasi dalam mendukung pengambilan keputusan dalam pengembangan perguruan tinggi. Oleh karena itulah penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan konsepsi DSS, posisinya di rantai evolusi sistem informasi berbasis komputer, perbedaannya dengan konsep terdahulu dan yang akan muncul nanti, tujuan dikembangkannya konsep ini, bagaimana cara mengaplikasikannya, serta implementasi DSS dengan produk yang akan dikembangkan dalam suatu rencana pengembangan sebuah perguruan tinggi.

C.    Kendala dalam Penerapan SI di Perguruan Tinggi

Hasil observasi kekeberapa Perguruan Tinggi terutama di Luar Jawa, ditemukan berbagai kendala dan permasalahan yang ada di lapangan, jika kelompokkan dan inventarisir dapat diuraikan, yaitu :

1.      Tidak optimalnya pemanfaatan fasilitas computer.

2.      Penggunaan Komputer yang sering tidak sesuai “Tupoksi” (pemakaian hanya sebatas fasilitas Word/ Excel atau bahkan untuk sekedar mendengarkan lagu atau bermain games komputer).

3.      Belum terkoneksi secara menyeluruh Sistem jaringan mulai dari pimpinan hingga Staff.

4.      Belum terintegrasi secara baik system informasi yang ada..

5.      Pertimbangan pengambilan kebijakan / keputusan pimpinan, masih mengandalkan informasi manual.

6.      Belum optimalnya pemanfaatan database manajemen sistem yang ada sebagai bahan dalam pengambilan keputusan pimpinan.

7.      Belum adanya aplikasi Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support System (DSS)

Dari sekian banyak permasalahan yang ditemukan di lapangan, maka pembahasan ini akan fokus   pada bagaimana upaya dalam mengembangkan sistem informasi yang telah ada dan membangun sebuah program pendukung pengambilan keputusan yang berbasis komputer / berbasis sistem informasi.“ Bagaimanakah karakteristik model program pendukung pengambilan keputusan (Decision Support System), yang dapat membantu pimpinan perguruan tinggi dalam pengambilan keputusan guna pengembangan institusi tersebut ? ”

D.    Model Pengembangan

 Riset / Penelitian dilakukan terlebih dahulu secara surveying, terhadap kesiapan komponen pendukung seperti perguruan tinggi, pangsa pasar dan prosedur pendirian/pengembangan perguruan tinggi melalui studi literatur, dalam penerapan DSS nantinya dan tidak di maksudkan untuk menguji teori melainkan menguji cara sehingga menghasilkan suatu produk. Sebagaimana diutarakan oleh Sugiyono, 2007:164 bahwa suatu Penenilian dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada.

Pada tahap Development / Pengembangan sebagaimana Sugiyono menyatakan bahwa : Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus yang diawali dengan adanya suatu kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu, oleh karena itu dilakukan bukan pada penelitian ini pengembangan yang dilakukan bukan pada pengembangan DSSnya melainkan pada Pengembangan Implementasi dari DSS untuk pengembangan program studi di Perguruan Tinggi.

DSS akan lebih dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh Instansi/Lembaga  dewasa ini. Jika SIM lebih berorientasi kepada penyampaian informasi yang telah didefinsikan sedari awal untk mengatasi problema yang relatif terstruktur, DSS sebaliknya berkiblat kepada pemenuhan informasi dengan pola query secara acak untuk menjawab permasalahan yang bersifat semi terstruktur.

Ada beberapa alternatif paket solusi DSS. Masalahnya adalah bahwa tidak ada program DSS yang bersifat standar. Model dasarnya memang ada, hanya saja model ini perlu diterjemahkan ke dalam aplikasi yang bersifat spesifik per Instansi/Lembaga. Dalam konteks inilah, jika DSS akan dibangun dirasakan perlu tidak saja berwawasan teknologi yang konsepsional, namun juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan konsep DSS yang diinginkan secara teknis.

E.       Prosedur Pengembangan

Ada Sepuluh tahapan atau prosedur dalam penelitian dan pengembangan yaitu : (1.)data and information collecting (2.)  planning (3.)  develop preliminary form of product (4.) preliminary field testing (5.)   main product revision (6.main field testing (7.)  operational product revision (8.)operational field testing (9.)  final product revision (10.)   dissemination and implementation (Borg and Gallm 1983 :775)

Proses pengembangan DSS tidak ubahnya dengan pengembangan sistem lain. Jika mengacu pada konsep Daur Hidup Sistem (System Life Cycle), ada 5 (lima) tahap pengembangan yaitu analisa sistem, perancangan sistem, penulisan program, pengkonversian sistem lama ke sistem baru dan pengimplementasiannya, serta evaluasi pasca implementasi. Kesemuanya ini perlu juga dilakukan jika ingin membangun DSS. Ada kalanya juga diterapkan konsep Prototype.

Hal terpenting yang perlu diingat dalam pengembangan DSS adalah peran kontribusi dari setiap pihak yang terlibat dan di momen mana peranan itu selayaknya dijalankan. Berbeda dengan pengembangan konsep sistem lain (DP, AIS, maupun MIS) yang dapat menggunakan pendekatan top-down, bottom-up, dan kombinasinya, pada saat merancang DSS unsur top-down akan sangat mendominasi. DSS akan digunakan bagi para pengambil keputusan. Informasi apa saja yang dibutuhkan untuk proses itu tidak akan pernah diketahui dari bawah. Jelas peranan manajemen puncak sangat berpengaruh dalam kesuksesan pengembangan DSS.

a.      Uji Coba Produk

1.      Desain Uji coba

Ujicoba dilakukan melalui  tiga tahap yaitu : (1) Uji coba Prototype Kasus-1, (2) Ujicoba Kasus-2, (3) Uji coba Final Sistem.

a)        Uji coba Kasus-1 :  Merupakan uji coba tahap pertama yang dilakukan untuk melihat runing awal, apakah terdapat kesalahan prosedur atau juga adanya kesalahan syntax program, Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat seberapa keberhasilan program dalm menjalankan berbagai perintah dan fungsi-fungsi yang ada pada system. Jika prototipe berhasil menjalankan semua fungsi tanpa mengalami kendala dan menimbulkan pesan kesalahan akan dilanjutkan ke uji coba kasus-2, tetapi jika prototipe gagal dalam mengeksekusi dari perintah yang diberikan atau memberikan suatu pesan kesalahan apapun bentuknya (Gagal-1) maka langkah selanjutnya akan dikembalikan kedua step sebelumnya untuk dilakukan perbaikan. Hal ini akan dilakukan terus secara berulang sampai tidak ditemukan lagi suatu kesalahan maik Run Time Error maupun Syntax error. Dilanjutkan dengan melakukan uji coba kasus-2.

b)        Uji coba Kasus-2 :  Pada tahap ini tidak lagi dilakukan uji coba terhadap program melainkan lebih pada uji coba fungsi input-data dan proses pengolahan informasi yang diberikan, serta output yang dihasilkan berupa masukan/argumen/statemen terhadap pengambilan keputusan dan berbagai pertimbangannya, berdasarkan kasus yang sederhana. Jika System  gagal melakukan proses pengolahan informasi, maupun gagal memberikan output maka disebut (gagal-2)  Maka program akan kembali 3 langkah ke step sebelumnya. Namun jika  berhasil dan tidak menemui kendala akan dilanjutkan pada tahap membangun pengembangan system yang sebenarnya.

c)         Uji coba Akhir Sistem : Uji coba ini dilakukan langsung  terhadap system  yang telah selesai dikembangkan dengan kasus / permasalahan yang ada yang ada di lapangan. Jika Output yang diberikan setelah dianalisa ternyata tidak sesuai atau kurang tepat maka akan diperbaiki kembali ke 2 langkah ke step sebelumnya (lihat gambar 5). Setelah didapat outpun yang sesuai maka program dikatagorikan layak untuk dipergunakan.

2.      Subjek Coba

Uji coba dilakukan dengan menggunakan True Eksperiment dengan Subjek  coba berupa :

a.         Program pengolahan bantuan pengambilan keputusan (DSS), baik yang masih berupa prototype maupun program yang telah dikembangkan dengan kasus yang ada di lapangan.

b.         Lapangan Kerja , sebagai sumber data pertimbangan DSS.

c.         Masyarakat selaku calon mahasiswa / penikmat PT.

d.        PT Lain selaku kompetitor.

e.         SIM PT/Fak/Jur.Prodi

b.      Instrumen Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data diperlukan berbagai instrumen penelitian. Instrumen yang dibuat berupa instrumen yang data-datanya diperlukan sebagai input / bank data yang akan diberikan pada system dalam pengembilan keputusan. Berupa data- Sekunde. Sebab jika data primer dianggap telah tersedia melalui SIM yang dimiliki oleh perguruan tinggi tersebut. Adapun Instrumen yang akan dikembangkan  diantaranya :

a.       Intrumen Sebaran Calon Mahasiswa

b.      Instumen Sebaran Lapangan Pekerjaan

c.       Instrumen Minat / Tren Masyarakat terhadap PT/FAK/JUR/Prodi

d.      Instrumen Tingkat dan Kualitas Kebutuhan Tenaga Kerja .

e.       Intrumen Prediksi Calon Kompetitor.

c.       Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam riset ini menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman  (1994:12) yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi. Dengan alur analisis sebagaimana gambar 5.

Gambar 5  
Model Interaktif  (Miles dan Huberman, 1994 : 12)

1)      Keabsahan Data

Keabsahan data dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang baik pada masa uji coba. Maupun Output yang memuaskan pada saat implementasi di lapangan, sesuai dengan apa yang diharapkan.. Untuk memperoleh kredibelitas data yang didapat dari lapangan dapat dilakukan dengan cara : (a) memperpanjang masa pengamatan, (b) pengamatan secara terus-menerus, (c) Uji referensi, (d) Triangulasi, (e) Peer debriefing.

      2)      Model Evaluasi Pengembangan Program Studi

a)      Instrumen Penilaian

Ada beberaba Variabel yang akan diukur untuk mengetahui derajat kelayakan sebuah program studi dalam model pengembangan ini, dengan mengadopsi sebagian Instrumen yang diterapkan BAN PT dalam melakukan proses Akresitasi. Namun dalam Hal ini Peneliti memberikan beberapa penekanan dan pembobotan yang berbeda terhadap butir instrumen. (terlampir)

  b)     Rumusan penilaian dan model perhitungan.

Keberadaan Suatu  program studi bukan semata didirikan dalam upaya memperoleh mahasiswa Sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan apakah nantinya mahasiswa  dengan memilih prodi tersebut akan menjadi pengangguran tanpa dapat memanfaatkan kemampuan yang dimiliki selama menjadi mahasiswa di prodi tersebut. Hal ini yang menjadikan peneliti memberikan pembobotan di mana Variabel Pertama (V1) sebagai Variabel dominan yang harus dicapai dalam pelaksanaan program studi dengan bobot  60% dari instrumen, dan Variabel kedua (V2) sebagai Variabel Pendukung memiliki bobot 30%, serta Variabel ketiga (V3) sebagai Variabel Pelengkap dengan bobot 10%.

Jika dibuat rumusannya sebagai berikut :

KP = ∑V1(0,60)+ ∑V2(0,30)+ ∑V3(0,10)

KP = Kondisi Program Studi

V1 = Variabel Pertama

V2 = Variabel Kedua

V3 = Variabel ketiga

0,60 – 0,30 – 0,10 Bobot Prosentase Instrumen. Dengan matrik penilaian  terlampir

  F.       Deskripsi Sistem

Sistem Program DSS ini merupakan, program bantu yang dikembangkan dengan menggunakan bahasa program Visual Basic 6 dan My SQL 5. Program ini dibuat sesederhana mungkin sehingga memudahkan bagi pengguna dalam memanfaatkan program bantu ini. Pengguna dalam program ini dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yakni 1) Admin, 2) Operator, dan 3) Manajemen. Pengguna yang masuk ke program ini selaku Admin, dapat masuk ke system secara keseluruhan, dapat meng-update Master data, Penilaian, Analisa data dan mencetak data. Pengguna yang masuk ke program sebagai operator hanya dapat mengakses data input penilaian saja, di mana operator hanya berperan memasukkan data yang telah di buat oleh assesor. Dan mengakses menu cetak, untuk melihat hasi input yang elah di masukkannya, sedangkan Manajemen, hanya bisa mengakses menu Analisa data dan Cetak data, Pihak manajemen tidak memiliki otorisasi langsung dalam merubah input data yang ada.

Sistem Program ini akan beroperasi diawali dengan melakukan otorisasi sistem, di mana user, harus memasukkan User Name dan Password  terlebih dahulu sebelum masuk ke menu utama. Pengguna yang tidak berhasil memasukan  User Name dan/atau Password  yang benar sesuai yang terdaftar di database maka sistem akan melakukan penolakan dan apa bila tiga kali pengguna salah memasukkan User Name dan/atau Password 3 (tiga) kali berturut-turut maka secara otomamatis program akan menutup. Setelah Pengguna berhasil melakukan otorisasi User Name dan Password   maka sistem program akan menampilkan menu utama yang terdiri dari. 1) Ganti User, 2) Master Data, 3) Penilaian, 4) Analisa, 5) Cetak, 6) About.

“Ganti User”,  adalah menu yang berisikan tentang manajemen pemakai dan tampilan warna program yang terdisi dari sub menu 1) Ganti Password, 2) Ganti User, 3) Ganti Skin, dan 4) Keluar. Ganti Password adalah sub menu di mana pengguna dapat secara berkala menggangti kode rahasia yang dimilikinya demi keamanan penggunaan sistem, Ganti User dapat dilakukan jika pemakai lain akan langsung masuk sistem tanpa melalui menu awal. Ganti skin adalah sub menu yang berisikan pergantian tampilan warna layout dari progrm.

“Master Data” ,  adalah menu yang berisikan input data base , yang terdiri dari sub menu 1) Dosen, 2) Mahasiswa, 3) Lapangan Kerja, 4) Kompetitor, 5) Program Studi, 6) Faktor Penilaian. Sub Menu Dosen berisikan input data mahasiswa per program studi, di mana pengguna dapat melakukan tambah data atau mengubah data jika terdapat perbaikan atau kekeliruan. Sub menu Mahasiswa adalah bagian di mana pengguna dapat melakukan input data mahasiswa per program studi, baik menambah, mengubah maupun menghapus data mahasiswa. Sub Menu Lapangan pekerjaan berisikan data edit tentang peluang  Lapangan Pekerjaan yang terdapat di wilayah tersebut, dan dapat selalu di perbaharui secara berkala oleh admin. Sub Menu Kompetitor, berisikan input data tentang perguruan tinggi lain di sekitar wilayah Propinsi Keplauan Bangka Belitung, data ini dapat di perbaharui secara berkala sesuai dengan perkembangan. Sub Menu Program studi merupakan sub menu yang memungkinkan pengguna memperbaiki data tentang program studi yang ada di perguruan tinggi tersebut. Sub Menu Faktor Penilaian terdiri dari Standar Penilaian dan Elemen Penilaian, disini terdapat apa-apa komponen yang dinilai dan berapa standar penilaian, hal ini dapat di perbaharui secara berkala sesuai dengan perkembangan standar penilaian/matrik penilaian yang telah di tentukan.

“Penilaian” merupakan menu yang diperuntukan mengisi hasil penilaian yang sebelumnya telah dilakukan  oleh asssesor, menu ini terdiri dari 3 (tiga) Format dan 7 (tujuh) Standar, sesuai dengan prosedur Borang BAN-PT. Pada menu ini pengguna hanya menginputkan data dengan memilih pilhan jawaban yang telah tersedia di bawah kolom pertanyaan, dan dapat dilanjutkan ke format atau standar berikutnya dengan menekan tulisan yang telah tersedia di menu tampilan.

“Analisa” adalah menu yang berisikan tampilan hasi penilaian baik akreditasi program studi yang pernah dilakukan maupun kondisi kelayakan program studi, pada tampilan analisa tentang akreditasi program studi di tampilkan kode prodi, nama prodi, nilai, dan predikat prodi, namun pada kelayakan prodi di tampilkan disana secara tebih terinci kode prodi, tanggal penilaian, nama prodi, nama assesor, nilai dan predikat/analisis kondisi prodi di masa mendatang.

“Cetak” merupakan menu yang menampilkan tentang report  hasil penilaian dan analisis kondisi Dosen, Mahasiswa, Lapangan Pekerjaan, Kompetitor, dan kondisi prodi. Selain itu juga dapat menampilkan dan mencetak hasil Penilaian Akreditasi dan Penilayan kelayakan Prodi, baik semua maupun per program studi.

 G.      Ujicoba dan Analisis Sistem

 

1.      Deskripsi Sebaran Variabel

Data yang digunakan dalam program DSS ini didapat  dari Borang BAN-PT, yang di modifikasi sesuai dengan kebutuhan penilaian dalam program DSS. Data pada Penilaian Akreditasi didapat dari borang akreditasi, Instrumen akreditasi terdiri atas seperangkat pertanyaan yang sebagian berupa pertanyaan tertutup, dan sebagian lagi berupa pertanyaan terbuka. Sesuai dengan petunjuk pada setiap butir pertanyaan, maka sebagian dari pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab dengan menuliskan jawabannya pada tempat yang disediakan dalam instrumen  akreditasi, sebagian lagi memerlukan lembaran tersendiri.  Instrumen akreditasi terdiri dari dua bagian yaitu borang prodi yang diisi oleh prodi yang diakreditasi dan borang yang diisi oleh fakultas atau sekolah tinggi yang mengelola prodi  tersebut.

Untuk proses akreditasi  beberapa prodi yang berada dalam satu fakultas/sekolah tinggi, pihak Fakultas/Sekolah Tinggi hanya perlu membuat satu versi isian borang Fakultas/Sekolah Tinggi.  Pertanyaan yang dituangkan dalam instrumen disusun berdasarkan sembilan dimensi yaitu : (1) kelayakan (appropriateness), (2) kecukupan (adequacy), (3) relevansi (relevancy), (4) suasana akademik (academic atmosphere),  (5) efisiensi (efficiency), (6) keberlanjutan (sustainability), (7) selektivitas (selectivity), (8) produktivitas (productivity), dan (9) efektivitas (effectiveness).

Hubungan kesembilan dimensi tersebut mewujudkan prinsip RAISE (Relevance, Academic Atmosphere, Institutional Commitment, Sustainability, and Efficiency), adalah sebagai berikut:

a)      Kelayakan (appropriateness) merupakan tingkat ketepatan unsur masukan, proses, keluaran, maupun tujuan program ditinjau dari ukuran ideal secara normatif.

b)      Kecukupan (adequacy) menunjukkan tingkat ketercapaian persyaratan ambang yang diperlukan untuk penyelenggaraan suatu program.

c)      Relevansi/kesesuaian (relevancy) merupakan tingkat keterkaitan tujuan maupun hasil/keluaran program pendidikan dengan kebutuhan masyarakat di lingkungannya maupun secara global.

d)     Suasana akademik (academic atmosphere) merujuk pada iklim yang mendukung interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara sesama mahasiswa, maupun antara sesama dosen untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.

e)      Efisiensi (efficiency) merujuk pada tingkat pemanfaatan masukan (sumberdaya) yang digunakan untuk proses pembelajaran.

f)       Keberlanjutan (sustainability) menggambarkan keberlangsungan penyelenggaraan program yang mencakup ketersediaan masukan, aktivitas pembelajaran, maupun pencapaian hasil yang optimal.

g)      Selektivitas (selectivity) menunjukkan bagaimana penyelenggara program memilih unsur masukan, aktivitas proses pembelajaran, maupun penentuan prioritas hasil/keluaran berdasarkan pertimbangan kemampuan/kapasitas yang dimiliki.

h)      Produktivitas (productivity) menunjukkan tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dalam memanfaatkan masukan.

i)        Efektivitas (effectiveness) adalah tingkat ketercapaian tujuan program yang telah ditetapkan yang diukur dari hasil/keluaran program.

Untuk penilaian kelayakan program dan atau satuan pendidikan tinggi, digunakan standar akreditasi sebagai berikut:

a)      Visi, misi, tujuan, dan sasaran, serta strategi pencapaian

b)      Tata pamong, kepemimpinan, system pengelolaan dan penjaminan mutu

c)      Mahasiswa dan lulusan

d)     Sumber daya manusia

e)      Kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik

f)       Pembiayaan, sarana dan prasarana, serta system informasi

g)      Penelitian, pelayanan/pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama

Dengan rumusan Akreditasi BAN PT: KP = ∑F1(0,70)+ ∑F2(0,10)+ ∑F3(0,15)

Penilaian Kondisi Program Studi digunakan  hanya penilaian dengan menggunakan instrumen program studi dengan pengelompokan dan pembobotan tersendiri sebagaimana rumusan berikut ini.

Rumusan Kondisi Program Studi : KP = ∑V1(0,60)+ ∑V2(0,30)+ ∑V3(0,10)    di mana V1(Variabel-1)  merupakan gabungan skor dari standar-3 dan standar-4 pada instrumen akreditasi dengan di berikan bobot 60% dari seluruh instrumen, V2 (Variabel-2) merupakan gabngan dari standar-5 dan standar-6 dengan bobot 30% dan V3 (Variabel-3) yang terdiri dari standar -1, standar-2 dan standar-7 dengan bobot 10%.

Hasil ujicoba terhadap 50 Program Studi  Terhadap sebaran V1, V2 dan V3 didapat hasil rumusan yang di pergunakan pada pembuatan software relevan dengan rumusan yang di gunakan pada Akreditasi BAN PT, di mana setelah di uji secara empiris hasil dari rumusan hasil Akreditasi berbanding lurus dengan hasil uji coba software dengan menggunakan rumusan kondisi program studi dengan kriteria sebagai berikut pada Akreditasi didapat nilai A, B, C, dan Tidak terakreditasi, dengan rentang nilai A{361>A>400} ;  B{301>B>360} ; C{200>C>300} ; tidak terakreditasi {<200}, sementara pada penilaian kelayakan program studi Nilai A = {Prodi  sangat layak diteruskan tanpa ada pembenahan} ; B = {Prodi  layak diteruskan dengan pembenahan kurikulum} ;  C = {Prodi dapat  dilanjutkan  dengan Pembenahan Kurikulum dan Modifikasi Kosentrasi Keahlian} ; D = {Prodi Sebaiknya di ganti karena kurang sesuai dengan kebutuhan lokal dan penerimaan pangsa kerja minim}. Secara rinci dapat di lihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 
Data Uji Coba prodi nomor  urut 7
Tabel 4.2
Perbandingan hasil uji coba prodi nomor urut 7 
antara  Hasil penilaian berdasarkan rumusan BAN PT dengan rumusan kelayakan prodi

 

 Dari 50 Progam studi yang diujicoba, dengan menggunakan rumusan BAN PT didapat 1 program studi yang tidak terakreditasi, yaitu prodi dengan nomor  urut 7, dan saat di uji coba dengan menggunakan software juga didapat 1 prodi yang tidak layak untuk dilanjutkan  yaitu prodi dengan nomor  urut.7.

Dari 50 program studi yang di ujicoba, di kelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu (1) kelompok prodi yang tidak terakreditasi menurut standar akreditasi atau tidak layak untuk dilanjutkan menurut ujicoba software terlihat dari tabel 4.1 dan 4.2 ; (2) kelompok yang terakreditasi “C”, menurut standar akreditasi atau Prodi dapat  dilanjutkan  dengan pembenahan kurikulum dan modifikasi kosentrasi keahlian menurut uji software dan terlihat dari tabel 4.3 sampai dengan 4.14 ; dan (3) kelompok yang mendapat nilai “B” menurut standar akreditasi atau Prodi layak diteruskan dengan pembenahan kurikulum menurut uji software, terlihat pada tabel 4,15 sampai dengan 4,18. Pada uji coba ke 50 program studi dari berbagai perguruan tinggi itu tidak didapatkan satu prodi pun yang mendapatkan nilai “A” menurut standar Akreditasi BAN PT, dan menurut Uji Software juga tidak didapatkan sebuah prodi yang memiliki status “Prodi  sangat layak diteruskan tanpa ada pembenahan”

H.      Penutup

Perguruan Tinggi makin merasakan pentingnya Penggunaan informasi/ SIM yang ada dalam menunjang pengambilan keputusan  dalam menjalankan tugas dan aktivitasnya terutama kalangan pimpinan dalam berbagai jenjang. Dalam pelaksanaan berbagai tugas dan aktivitasnya para pimpinan dari berbagai perguruan tinggii  seringkali dihadapkan dengan berbagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Sering kemampuan suatu teknik atau metode untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata tidak optimal. Sementara itu pengambilan keputusan adalah sejenis keputusan tidak terstruktur, dan melibatkan informasi kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan keputusan ini seringkali hanya menggunakan satu metode atau teknik saja biasanya akan menghasilkan keputusan yang kurang akurat. Kombinasi dua atau lebih teknik yang bertujuan menggabungkan kekuatan masing-masing dan meminimalkan kekurangannya, dapat menjadi alternatif solusi untuk mengoptimalkan hasil keputusan yang akan diambil.

Dalam upaya optimalisasi Penggunaan Sistem Jaringan dan SIM yang ada di Perguruan Tinggi, berbagai perguruan tinggi baik Negeri maupun Swasta saat ini berlomba-lomba saling bergiat dalam pengembangan teknologi informasi ini khususnya yang berbasis SIM. Namun pada kenyataannya saat ini masih banyak terdapat kebutuhan lain yang belum dapat ditampung dalam konsep itu (SIM) sehingga kemudian diupayakan lewat konsepsi lain yang lebih maju. Hal ini terjadi, tidak lain dikarenakan pada konsep SIM data atau informasi yang ada hanya sebatas dilakukan pengelompokan dan pengklasifikasian untuk dikemudian hari dapat ditampilkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan dalam suatu proses pengambilan keputusan. Namun hal ini hanya sebatas informasi berupa kumpulan data-data yang tersusun / terklasifikasi dengan teratur, tidak memberikan suatu tawaran atau pertimbangan terhadap suatu proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh seorang decision maker. 

Pengembangan SIM berbasis komputer di berbagai perguruan tinggi selama ini masih menggunakan pendekatan klasik, karena meskipun pengembangannya sudah menggunakan tahapan-tahapan yang modern, namun tidak dilengkapi dengan dukungan perangkat-perangkat lunak dan teknik-teknik yang memadai. Pendekatan pengembangan sistem informasi yang mengikuti tahapan-tahapan modern, namun tidak dilengkapi alat-alat dan teknik yang memadai, termasuk pendekatan klasik (tradisional). Pendekatan SIM yang dilakukan di berbagai perguruan tinggi dirasa masih kurang memadai. Kondisi ini bertentangan dengan perkembangan SIM menjadi DSS diberbagai bidang yang semakin pesat dan kompleks, sehingga diperlukan suatu pendekatan yang lebih baik.  Sementara itu tingkat kebutuhan saat ini sendiri bukan hanya sebatas SIM, tetapi lebih dari itu adalah pengembangan DSS bagi perangkat pimpinan perguruan tinggi dalam rangka optimalisasi Sistem Informasi dalam mendukung pengambilan keputusan dalam pengembangan Perguruan Tinggi.

Langkah-langkah pengembangan DSS di Perguruan Tinggi diawali dengan adanya studi pendahuluan berupa analisis kebutuhanmelalui Mengumpulan data  dan survey terhadap SI yang dimiliki oleh PT lalu dilakukan Pengelompokan Bagian / Fak yang memiliki SI, Jika Belum ada dilanjutkan  pada Pembangunan Sistem Informasi PT, Jika sudah ada dilanjutkan pada tahap penganalisahan kebutuhan dan klasifikasi Sistem yang ada,  Setelah di ketahui kondisi dan karakteristik SI yang ada di PT baru dilakukan pendesainan dan Pembuatan Draf serta Algoritma pemrograman, Setelah draf dan algoritma tersedia dilanjutkan pada proses pembuatan prototype dan Compile Program. Program yang sudah jadi dan sukses di compile di lakukan ujicoba tahap pertama untuk mengetahui apakah terdapat runtime error pada program yang telah sukses di eksekusi jika di jalankan pada simulasi data yang ada. Jika sudah sukses dan tidak terdapat pesan kesalahan, dilanjutkan uji coba dengan simulasi data ke-2 untuk mengetahui apakah terdapat syntax error Jika sudah sukses dan tidak terdapat pesan kesalahan, dilanjutkan Pengembangan Program dari hasil output yang ada menjadi DSS secara utuh dan di lakukan Eksekusi. Setelah Proses Eksekusi selesai dilanjutjan Ujicoba sistem pada berbagai OS dan dengan data yang sesungguhnya di lakukan pada 50 program studi dan hasilnya dibandingkan dengan hasil akreditasi menggunakan formula/model rumusan perhitungan BAN PT, untuk mengetahui kesesuaian hasil olahan informasi dan masukan yang di konversi ke dalam skor A, B, C dan Tidak Terakreditasi.

kebutuhan informasi yang belum didapat dan masih dibutuhkan pimpinan berkaitan dengan pengembangan sebuah program studi yang ada adalah, bagaimana sebuah DSS dapat memberikan masukan terhadap kondisi terkini program studi, penerimaan dari pangsa pasar / bursa tenaga kerja yang ada, persaingan dengan kompetitor lain, kondisi dan kesesuaian kurikulum yang ada dengan kebutuhan kompetensi lulusan di lapangan kerja. Semua ini tidak dapat maksimal di tampilkan dan di berikan masukan melalui Sistem informasi Manajemen Biasa tetapi dapat di suguhkan secara Real Time oleh DSS, terutama yang telah terintegrasi baik melalui Jaringan Intranet maupun Internet Online yang ada.

Model sistem aplikasi pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pimpinan dalam membantu memberikan masukan untuk pengambilan sebuah keputusan  adalah model aplikasi yang bukan saja dapat menyajikan tampilan data mentah atau juga sekedar informasi data terpilah, tapi Aplikasi yang dapat memberikan Masukan ataupun Pilihan kondisi yang dapat di ambil oleh Pimpinan Selaku Decision Maker. DSS ini merupakan Sistem Aplikasi yang bukan hanya menyajikan Tampilan data Kompetitor, Traser Study alumni secara berkala namun juga memberikan masukan tentang kondisi program studi saat ini terhadap perkembangan kebutuhan dan kompetensi kerja lokal melalui kurikulum, juga sebagai Alat Simulasi terhadap Prodi baru atau prodi lama yang ingin melakukan proses Akreditasi.

Pengembangan model DSS ini selain menghasilkan aplikasi yang dapat memberikan masukan terhadap kondisi kelayakan program studi, juga menghasilkan aplikasi simulasi akreditasi program studi, dan update data kompetitor, lapangan pekerjaan, dan prediksi calon mahasiswa. DSS merupakan Program yang dapat membantu Manajerial / Pimpinan Perguruan Tinggi dalam upanya pengembangan Program Studi di Perguruan Tinggi yang dipimpinnya.

Uji Analisis Empiris terhadap Model DSS yang telah dilakukan terhadap DSS ini pada 50 program studi, yang sudah dilakukan oleh BAN PT, terlihat meskipun terdapat selisih skor penilaian namun, masih dalam ranah rentangan skor yang sama, hal ini menunjukkan bahwa pengelompokan Variabel dan formulasi rumusan yang digunakan 95% mendekati kesesuaian dengan hasil dari BAN PT, dan dapat memberikan keluaran masukan yang sesuai dengan konversi skornilai BAN PT.  Pada Akredidasi BAN PT didapat 1 prodi atau 2 % data tidak terakreditasi, dan setara dengan hasil kelayakan prodi dimana di dapat 2% prodi yang tidak layak untuk dilanjutkan  yaitu prodi dengan nomor  urut.7. dan 72 % / 36 prodi yang mendapat nilan “C” dari BAN PT dan setara dengan “Prodi dapat  dilanjutkan  dengan pembenahan kurikulum dan modifikasi kosentrasi keahlian” pada DSS, serta 26 % / 13 prodi mendapat nilai “B” pada BAN PT dan setara dengan “Prodi layak diteruskan dengan pembenahan kurikulum” pada DSS, dan sama-sama tidak menghasilkan nilai “A” pada BAN PT atau “Prodi  sangat layak diteruskan tanpa ada pembenahan” pada hasil DSS.

 I.         Referensi

Anderson, J. M. 2001. Review of VBA for modelers: Developing decision support systems with Microsoft Excel, by C. S. Albright. The Engineering Economist 46, no. 2:162-63.

Arhami, Muhammad, 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar, Yogyakarta : Andi Offset.

BAN PT, 2010, Borang Akreditasi PS dan Evaluasi Diri, http://www.ban-pt.or.id

Canedcom International, 2002, Pengembangan Sekolah Efektif, : Buku Panduan untuk SLTP. Jakarta : Depdiknas.

Davis, G.B, 1993. Kerangka dasar sistem informasi manajemen, (terjemahan Andreas. S. Adiwardana), Jakarta : PT. Pustaka Binaman Presindo.

—————–1999. Sistem Informasi Manajemen edisi  kesepuluh, (terjemahan Bob Widyohartono), Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo

Davis, W, S. 1991. Sistem Pengolahan Informasi ( Information Processing System, Second Edition 1981) (diterjemahkan oleh Drs. John B. Pasaribu). Jakarta. : Penerbit Erlangga.

Floyd, N. A, 1991. Essentials of Information processing (3th ed), Boston : Richar D. Irwin. Inc.

Frieyadi, 2010. Mudah Belajar Pemrograman Database MySQL dengan Microsoft Visual Basic 6.0 Yogyakarta : Andi Offset.

Griffin R.W, 1987. Management, Houghtion M.C. Boston.

Hartono Jogiyanto, MBA, Ph.D.,2003. Konsep Dasar Pemrograman Bahasa C, Yogyakarta : Andi Offset.

——————————————– 1993. Analisis Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur. Yogyakarta : Andi Offset

Hermawan, Julius, 2005. Membangun Decision Support System Yogyakarta : Andi Offset.

Http://www.google.com/sistem Informasi Manajemen/modul/032.html

http://www.ebizzasia.com/0106-2003/q&a,0106-p2.htm

http://barajakom.blogspot.com/2009/03/sejarah-komputer.html

Isken, M. W. 2003. Data cleansing and analysis as a prelude to model based decision support. INFORMS Transactions on Education 3, no. 3:23-75. http://ite.pubs.informs.org/Vol3No3/Isken/

Jamaluddin Malik, Jaja, 2007. Kumpulan Tip Trik Pemrograman Visual Basic, Yogyakarta : Andi Offset.

Kaufman, R., & Thomas, S. 1980. Evaluation without fear, New York : New Viewpoints : A Division of Franklin Watts.

Kepmendiknas RINo.234/u/ 2000, Prosedur Pengembangan Program Studi, http//www.dipertais.net/keputusan/kepmen-234-00.pdf#search=’Prosedur%20Mengembangkan%20Program%20Studi%20di%20Perguruan%20Tinggi’

Kusumadewi Sri, 2004. Membangun jaringan Syaraf Tiruan : Menggunakan Matlab & Exel Link. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

Kusrini, 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Yogyakarta : Andi Offset.

———-, 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi, Yogyakarta : Andi Offset.

———-, 2007. Strategi Perancangan dan Pengelolaan Basis Data, Yogyakarta : Andi Offset.

———-, 2008. Aplikasi Sistem Pakar, Yogyakarta : Andi Offset.

Lippeveld, T., Sauerborn, R., & Bodart, C., (2000). Design and Implementation of Health Information System, WHO, Geneva.

Lewandoeski, at all, Edited (1991). Methodology, Implementation and Application of Decision Support Systems. New York. Springer Verlag.

Mallach, E. G. 2000. Decision support and data warehouse systems. Boston: Irwin/McGraw-Hill.

Marakas, G. M. 1999. Decision support systems in the twenty-first century. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.

Mc Leod, R. Jr (1995). Management Information System. Upper Saddle river, New Jersey : Prentice Hall Inc.

——————- (1998). Management Information System. Upper Saddle river, New Jersey : Prentice Hall Inc.

——————- (2001). Sistem Informasi Manajemen (terjemahan Hendra Teguh), Jakarta : Pearson education Asia, PT Prenhallindo (Asli diterbitkan pada tahun 1998).

Moekijat, (1991). Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Bandung : CV Remadja Karya.

Muhadjir, M, Prof. Dr. H. (2007), Pokok Pikiran : Manajemen Pengembangan Program Studi Perguruan Tinggi berbasis Decision Support System, Yogyakarta.

Mulyasa, E. (2002), Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi, Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Nugroho, MS, Eko, Ir,  (1994), Bahasa-bahasa pemrograman. Yogyakarta : Andi Offset.

Olson D.L., & Courtney, J.F., (1992), Decision Support Models and Expert Systems. New York : Macmillan Publishing Company.

O’Brien, James. A. (2005). Introduction to Information System, 12th ed. : McGraw-Hill Irwin. (diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari, S.S., M.Si dkk). Jakarta :  Penerbit Salemba Empat.

Penerbit Andi (2003).  Pengembangan Sistem Pakar menggunakan Visual Basic. Yogyakarta : Andi Offset.

PPs Universitas Negeri Yogyakarta (2004).  Pedoman Tesis dan Disertasi. Edisi 2004. Yogyakarta. PPs UNY.

 Quick J.D., At All, Editor (1997). Managing Drug Supplay, management Sciences for Health, Connecticut.

Santosa, Ir . (1993),  Aplikasi Program Basic untuk Analisis data Penelitian dalam Penyajian Model Matematika. Yogyakarta : Andi Offset.

Tim Penerbit ANDI, 2009, Pengembangan Sistem Pakar dengan menggunakan Visual Basic, Yogyakarta : Andi Offset.

Turban, E., (1995). Decision Support System end Expert System, Prentice-Hall International, Inc, New Jersey.

Turban, E., and Aronson, J. E. 2001. Decision support systems and intelligent systems, 6th ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall.

Wahana Komputer Semarang, (2001). Tip & Trik Pemrograman Visual Basic 6.0. Yogyakarta : Andi Offset.

———————————–, (2002). Pemrograman Visual Basic 6.0. Yogyakarta: Andi Offset.

Wayan Nuarsa, I (2004). Mengolah data Spasial dengan MapInfo Profesional. Yogyakarta : Andi Offset.

Wehrs, W. 2000. An applied DSS course using Excel and VBA: IS and/or MS? In Proceedings ISECON 2000, ed. D. Colton, J. Caouette, and B. Raggad, 602. AITP Foundation for Information Technology Education.

v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}

Normal
0
false

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}


Leave a Reply